Rabu, 19 Januari 2011

belum mikirin nikah? masih lama? masih mau pacaran? persiapkan diri yuks!



Sebagai perempuan, wanita, akhwat pastilah ada keinginan untuk menikah? mungkin tidak sekrang tetapi beberapa waktu mendatang. Apalagi bagi saya yang kuliah di jurusan Psikologi yang notabene belajar mengenai konsep pernikahan, keluarga, dan kawan-kawannya. Apa yang saya terima di bangku kuliah adalah adaptasi dari ilmu pengetahuan dari Barat yang terkadang dalam aplikasi sehari-hari sebagai seorang Muslim tidak semuanya bisa dipraktekan dengan gamblangnya. Karena memang Islam memiliki hukum-hukum yang sangat kuat dan semuanya telah tertulis dalam kitab suci Al-Qur'an.



Secara tugas perkembangan Psikologi, pada masa dewasa awal memang kita memiliki tugas untuk mulai bekerja, memilih pasangan, belajar hidup dengan tunangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga negara, dan mencari kelompok sosial yang menyenangkan. (Havighurst)



Melihat teori di atas, ada yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, salah satunya adalah belajar hidup dengan tunangan. Dalam ajaran Islam tidak ada istilah "tunangan", yang ada istilah "ta'aruf", yang melibatkan pihak ketiga yaitu seorang ustadz sebagai perantara.



kenapa saya membahas masalah tugas perkembangan mengenai persiapan membina rumah tangga? karena memang saya ingin menjawab kehausan akan pikiran saya mengenai cara memperoleh pasangan tanpa harus berpacaran. Faktanya yang terjadi di sekitar kita adalah banyak kaum muda mudi yang berpacaran tanpa batas dan tidak lagi mengenal nilai-nilai ajaran agama yang ada.



Sebenarnya materi ini sudah sering dibahas apalagi ketika ada pengajian tetapi entah kenapa keheranan melihat lingkungan membuat saya benar-benar ingin menemukan bukti tertulis yang mudah dipahami oleh kaum muda-mudi, tulisan yang menggunakan bahasa ringan namun sarat makna.



Tidak sengaja, saya menemukan sebuah buku karangan Ustadz Yusuf Mansyur yang berjudul "Allah Maha Pemurah (Maka Engkau Gampang Menikah)".



Di dalam buku ini dipaparkan dengan jelas mengenai tips dan cara seorang akhwat memperoleh suami dan keturunan yang InsyaAllah soleh dan solehah, mampu membentuk keluarga yang samara.



Kebanyakan kaum muda saat ini mengatakan "Aku cinta padamu..." tetapi apakah benar cinta yang diucapkan secara lantang adalah cinta yang sesungguhnya berasal dari Dzat Sang Maha Pencinta?



Seperti dikutip oleh Benjamin Franklin : "Jika Anda ingin dicintai seseorang, cintailah dia dan bersikaplah agar layak dicintai."



"Diantara tanda-tanda kekuasaanNya Dia menciptakan untuk kalian istri dari jenis kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya. Dia juga menjadikan diantara kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya, dalam hal itu terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir." (Q.S Ar-Rum : 21)



Lalu bagaimana dengan cinta bertepuk sebelah tangan?

Maka dari itu cintailah ALLAH SWT di atas segalaNYA, karena hanya DIA yang slalu mencurahkan cintaNYA untuk kita dan kita tak akan bertepuk sebelah tangan ketika kita mencintaiNYA.



Mengapa sebagai wanita kita harus benar-benar menjaga diri kita?

"Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita salehah." (HR Muslim)



Wanita sebagai calon isteri memiliki peran yang penting ketika telah memasuki gerbang rumah tangga, karena Isteri, Ibu merupakan pilar penopang suami. Karena dari Ibulah seorang anak pertama kali belajar, dari Ibulah seorang anak mampu mengenal dunia dan dari seorang isteri solehah-lah seorang suami mampu menjadi seorang imam yang soleh.



Ciri-ciri wanita salehah :

1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya

(mencintai Allah SWT dan Rasulallah saw melebihi segalanya, wajib menutup aurat, tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah, tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa, sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan ,dan takwa, berbuat baik kepada ibu bapak, senantiasa bersedekah dalam keadaan susah ataupun senang, tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa, bersikap baik terhadap tetangga).



2. Taat kepada Suami

(memelihara kewajiban terhadap suami, senantiasa menyenangkan suami, menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tidak ada di rumah, tidak cemeberut di hadapan suami, tidak menolak ajakan suami untuk tidur, tidak keluar tanpa izin suami, tidak meninggikan suara melebihi suara suami, tidak membantah suaminya dalam kebenaran, tidak menerima tamu yang dibenci suaminya, senantiasa memelihara diri, kebersihan fisik, dan kecantikannya serta rumah tangga)



"Wanita salehah adalah wanita yang senantiasa menjaga pandangannya dan selalu takut kepada Allah dan RasulNya. Make up-nya adalah basuhan air wudhu. Lipsticknya adalah zikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Qur'an. wanita salehah juga sangat memerhatikan kualitas kata-katanya."



Bisa jadi seorang wanita salehah terlahir karena faktor keturunan, misalnya seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Peran wanita salehah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara. kita pernah mendengar bahwa di samping seorang pemimpin sukses ada seorang wanita sangat hebat. Wanita adalah tiang negara. Bayangkanlah, jika tiang negara penopang bangunan itu rapuh, sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh?



Pilar keluarga sakinah :

Menurut hadist Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat, yaitu :

1. memiliki kecenderungan kepada agama

2. yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda

3. sederhana dalam belanja

4. santun dalam bergaul

5. selalu introspeksi



Niat awal pembentukan rumah tangga adalah untuk beribadah dan melaksanakan sunnah Rasulallah saw. Karenanya, kriteria utama pemilihan pasangan hidup adalah landasan penghayatan dan pengamatan Islam masing-masing pihak.



Kebaktian kepada suami di dalam Islam dianggap ibadah utama. Sampai Rasulallah bersabda, "Kalau seorang perempuan memberikan setetes minum kepada suaminya atau memindahkan barang dari rumahnya ke tempat yang lain untuk membahagikan suaminya, pahalanya sama dengan melakukan ibadah satu tahun.". Oleh karena itu, hormatilah suami. Berikan kepadanya penghormatan yang sepenuhnya dan berikanlah kecintaan yang sepenuhnya. InsyaAllah, Tuhan akan memberkati keluarga yang seperti itu.



"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (Q.S Adz-Dzariyat : 49)



Manusia tidak perlu galau dan gelisah dalam masalah jodoh, apalagi melakukan tindakan-tindakan yang tidak disukai Allah dan Rasul-Nya. Yang diperlukan adalah persiapan diri untuk menerima jodoh dari Allah sesuai dengan kufu-nya pada saat itu.



Dia Mahaadil dan hanya mempertemukan jodoh dengan kualitas ketakwaan pasangannya pada waktu itu. Pasangan kita adalah cerminan diri kita sendiri. Bagaimana kondisi kesalehan pasangan kita, begitulah kondisi kita ketika mendapatkannya.



Dan ketika sudah menikah jangan lalaikan sholat (tepat waktu, berjamaah), sedekah (zakat) dalam kondisi apapun, perbanyak bersyukur.



"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.S Ibrahim : 7)



Hmmm....belajar dari kisah Fatimah dan Ali ataupun Rasulallah dan Khadijah bisa dijadikan referensi, hehehhehe



So, tinggal pilih dan pikirkan "Bagaimana cara mendapat pasangan kelak? Buat yang wanita, Mau yang soleh? Buat yang pria, Mau yang solehah?



Yuk, sama-sama belajar memperbaiki kualitas diri agar kelak mendapat pasangan yang terbaik menurutNya, Amin.....



Sumber : buku Allah Maha Pemurah (Maka Engkau Gampang Menikah) karangan Ustadz Yusuf Mansyur.



*kalau mau tahu lengkapnya, silakan baca bukunya ya...InsyaAllah banyak manfaatnya sebagai bekal kita untuk membina keluarga samara kelak, Amin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar