Rabu, 19 Januari 2011

Penjual kerak telor itu bernama "Pak Edi aseli Pondok Kopi"

28 Maret 2010

hmmm hari ini saya merasa senang sekali, padahal bisa dibilang hari ini adalah hari yang melelahkan, rapat, kuliah sampai sore, lalu ke UNNES (Universitas Negeri Semarang) kemudian pulang ke kost.... tetapi ada cerita menarik yang saya dapatkan dari perjalanan hari ini :)

beberapa bulan yang lalu, saya sangat ingin sekali makan KERAK TELOR! hehehe asal tahu aja ya, teman-teman ikutan heboh karena saya sangat ngidam makanan itu! maklum di semarang jarang sekali yang jual kerak telor, keliling-keliling tidak dapat sampai suatu malam, ada seorang teman yang sengaja datang dari Ungaran ke Semarang untuk menemani saya makan kerak telor.. tidak sengaja dia melihat ada bakul kerak telor di Ungaran...waahh malam itu rasanya senang bukan main! akhirnya saya bisa makan KERAK TELOR! hehhehehehe :p

dan sore ini saya kembali senang karena setelah beberapa bulan akhirnya saya bisa mencicipi nikmatnya kerak telor! setelah saya amati ternyata abang kerak telor yang di Ungaran dan di Gunung Pati (daerah pelosok dari Semarang) sama! hmm mungkin memang saya berjodo dengan abang kerak telor ini, hahaha
sambil menunggu hujan reda, saya memesan satu porsi kerak telor yang saya makan bersama dengan teman saya.....satu porsi harganya cukup 10 ribu Rupiah saja, dengan 2 buah telur ayam, hehe

sambil menikmati kerak telor bikinan Bapak Edi, kemudian saya iseng mengajak Pak Edi mengobrol....rasanya enak sekali berbicara dengan logat yang sama, dan kecerewetan yang sama khas Betawi, hehehe

Pak Edi berasal dari Pondok Kopi, Jakarta Timur..ketika tahu pertanyaan pertama yang muncul dari saya adalah "Lho Pak, bapak kan asli Jakarta, kenapa bisa nyasar kesini? ke Ungaran, Semarang?" lalu saya dibuat shock karena pak Edi hanya menjawab "JAKARTA SUMPEK! hampir 60 tahun hidup di Jakarta! SUMPEK!" seketika saya langsung mengiyakan dengan anggukan kepala...

kira-kira saya berbincang dengan Pak Edi sekitar 45 menit, banyak hal yang Beliau ceritakan, dan saya sangat terkagum-kagum, terkesima dengan ceritanya...

Pak Edi adalah seorang pensiunan Departemen Perhubungan, kerjanya dahulu di bagian DAMRI...usia Pak Edi saat ini 62 tahun, dan Beliau baru pensiun sekitar 10 tahun yang lalu. Pak Edi memiliki 6 orang anak, 4 putri dan 2 laki-laki, Beliau memiliki cucu 8 orang dan cucu tertuanya saat ini sudah duduk di bangku kuliah semester 4...dan kesemua keluarga Pak Edi tinggal di Jakarta, Bekasi, dan sekitarnya... jadi Pak Edi memang merantau seorang diri di sini. setelah saya telusuri lebih lanjut lagi, ternyata pada tahun 2007 secara tidak sengaja Pak Edi mengikuti kawannya yang masih bekerja di DAMRI, jalan-jalan ke kota Yogyakarta. ketika itu Beliau kaget karena banyak penjual kerak telor yang ternyata bukan berasal dari suku Betawi asli....seketika pikiran Pak Edi langsung menyesalkan keadaan itu. tanpa pikir panjang Pak Edi memutuskan untuk mencoba peruntungan dengan berjualan KERAK TELOR di tanah Jawa...awalnya di Yogya, di pelosok-pelosok Jogja, di Kulonprogo, Gunung Kidul, dan bahkan di desanya Mbah Marijan, menurutnya sudah banyak tempat di Yogya yang ia sambangi sebagai seorang penjual kerak telor....setelah puas berkeliling Jogja, kemudian Pak Edi memutuskan untuk berjualan di Ungaran, Ambarawa, dan sesekali di daerah Gunung Pati, Semarang. Sistem berjualannya pun cukup unik, 20 hari Pak Edi berjualan di kota A, kemudian pindah ke kota B, kemudian pindah ke daerah C, begitu seterusnya, tetapi tetap berada di wilayah Jawa Tengah... yang uniknya, setiap 2 bulan sekali, Beliau pasti pulang ke Jakarta untuk menengok keluarganya :)

saat ini Pak Edi mengontrak rumah di daerah Karang Jati, dekat Ungaran. Beliau sangat senang berjualan kerak telor, karena terkadang omsetnya mencapai 6 juta dalam 10 hari (pada event tertentu), dan 250 ribu - 300 ribu perhari...tetapi satu hal yang sangat disenangi oleh Pak Edi adalah CARA MENIMATI HIDUP DI MASA TUANYA...BEliau tidak berorientai uang dan materi, karena menurutnya, "Buat apa saya sumpek-sumpekan di Jakarta, isteri sudah tidak ada, anak-anak sudah berkeluarga, kalau hidup begini kan saya bisa jalan-jalan, tau kota-kota lain, banyak alam yang masih asri, saya bisa menikmati masa tua saya...pokoknya seneng banget deh bisa hidup seperti sekarang...."

kalau boleh dirunut, saya sudah menanyakan apakah anak-anak tidak berkeberatan dengan keputusan Pak Edi untuk pergi meninggalkan Jakarta, kemudian Pak Edi tetap menjawab, "anak-anak ya awalnya keberatanlah, kenapa saya pergi kesini, mau ngapain, orang anak saya kan juga kerja, bahkan ada yang kerja di K**** Farma, tapi saya tetap pengennye begini aja, pernah sih nyoba tinggal di Pondok Kopi aja, yang ada saya malah sakit-sakitan, kerjaannya cuma makan tidur aja, malah gak enak hidup saya...kalau seperti sekarang ini kan saya bisa menikmati hidup di masa tua, sendirian tapi menyenangkan..ya begitulah....lagian disini juga banyak orang-orang dari Jabodetabek, paling enggak masih ada yang suka manggil saya babe, jadi tetap berasa ada Jakartanya gitu...lagian coba kalau saya jalan-jalan udah berapa puluh juta duit yang saya habiskan, kalau begini kan enak, jalan-jalan sambil jualan" kemudian Pak Edi menutup obrolan ini dengan tawa renyahnya....

Pak Edi menceritakan kepada saya beberapa cerita lucu, mulai dari 'gerobak pikulannya' yang terbawa oleh banjir yang terjadi di daerah Gunung Kidul ketika itu, kemudian cerita Ibu hamil yang ngidam makan kerak telor tetapi tidak kesampaian sampai anaknya lahir dan berusia 5 bulan, barulah ibu itu bertemu dengan Pak Edi dan membeli kerak telornya.....unik ya, abang kerak telor yang langka dan seperti artis yang kerjaannya berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, menikmati setiap jengkal perjalanan hidupnya :)

--------
dari cerita singkat mengenai Pak Edi, ada satu hal yang bisa saya petik...bahwa cara menjalani hidup adalah dengan menikmatinya, bisa saya bilang Pak Edi sangat optimis dan mensyukuri hidupnya, di masa tua tanpa isteri, Beliau memilih untuk menikmati hidup dengan jalan-jalan sambil berdagang, bahkan ia terkesan sangat mensyukuri apa yang telah ia dapatkan selama ini....PRINSIPNYAPUN : "ADA ATAU TIDAK ADA UANG SAYA HARUS TETAP PULANG SETIAP 2 BULAN SEKALI KARENA SAYA JUGA MASIH PUNYA KELUARGA" (sebagai catatan Pak Edi pulang ke Jakarta tanpa ongkos bahkan diberi ongkos, ia biasa 'nebeng' DAMRI, hehehhe)

banyak orang yang ketika memasuki usia tua menjadi bingung "mau apa saya nanti setelah pensiun?" mungkin cerita Pak Edi dapat dijadikan sebagai sebuah gambaran bahwa ADA CARA LAIN MENIKMATI MASA TUA WALAUPUN TIDAK MEMILIKI PENDAMPING HIDUP LAGI.....

dan saya yakin, di luar sana masih banyak Pak Edi Pak Edi dan Pak Edi lainnya yang bisa selalu bersemangat dan bisa menikmati hidup dengan caranya masing-masing :-)

Pesan Sponsor :
1. dalam hidup jangan melihat ke atas melulu, coba lihat orang-orang di sekitar kita, dekati , kenali mereka dan kita akan memahami cara lain menikmati hidup
2. selalu bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita
3. jangan ngidam KERAK TELOR....susah nyarinya! hahahaha :D

**buat yang penasaran mau ketemu Pak Edi dan mencicipi kerak telornya,
Beliau masih berjualan kerak telor di daerah Gunung Pati, dekat kampus UNNES sampai hari Sabtu besok, lalu minggu depan Beliau berjualan di Ambarawa, kemudian bulan Mei off karena akan pulang ke Jakarta, kemudian bulan Juni kembali berjualan di Ungaran Ekspo!! WOW...LUAR BIASA JADWAL BERJUALANNYA PADAT MERAYAP! hahahaha

So, semoga tulisan saya ini bermanfaat ya, buat intermezo dan sama-sama belajar memaknai hidup dari sudut pandang dan cerita orang lain....SEMANGAT SEMANGAT!!!

saya jadi terinspirasi untuk travelling sambil jualan lol :p

*Tala_cheers! :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar