Rabu, 19 Januari 2011
Kartini zaman modern "mendidik untuk pendidikan"
20 April 2010
besok adalah hari Kartini, di berbagai sekolah pastilah sudah ramai persiapan untuk merayakan hari Kartini. sekedar mengenang betapa berharganya jasa Ibu RA Kartini bagi bangsa Indonesia khususnya bagi perempuan Indonesia :)
kali ini aku ingin menceritakan sosok wanita Indonesia yang menurutku dia itu seorang wanita yang hebat, dan memiliki kepedulian terhadap dunia pendidikan di tanah air kita. Aku mulai mengenal sosoknya ketika aku duduk di bangku sekolah dasar, melihat gambar wajahnya di salah satu kalender yang menggantung di sudut rumahku, melihat wajahnya , membaca tulisan singkat di bawah gambar itu. --Butet Manurung, seorang wanita Indonesia yang mengajarkan suku anak Rimba belajar--
dari dulu hingga kini aku tetap mengagumi sosok Butet Manurung...untuk itu, kali ini aku ingin mendedikasikan tulisanku ini untuk seorang Butet Manurung :) (sayang Beliau tidak membaca tulisanku ini)
Nama lengkapnya Saur Marlina Manurung, ia lahir di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1972. Namanya begitu indah lalu mengapa dipanggil Butet? ya, Butet adalah panggilan sayang untuk anak perempuan yang berasal dari tanah Batak. Butet kecil tinggal di kota Jakarta, bersekolah disana namun ia sempat merasakan hidup di Belanda selama kurang lebih 4 tahun. Bisa dibilang, Butet kecil adalah seorang gadis kecil yang hidup di lingkungan keluarga berkecukupan. Butet kecil adalah seorang 'gadis pingitan', kemana-mana ia diantar jemput oleh supir pribadinya. Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan masa kecilnya?
Menginjak usia remaja, Butet memilih untuk melanjutkan studi ke kota kembang, Bandung. Ia menempuh 2 pendidikan yaitu Bahasa Indonesia dan antropologi. Butet dikenal sebagai gadis pecinta alam Indonesia..ia sangat mencintai alam, manusia, dan kebudayaan yang ada. Yah sangat sesuai dengan antropologi dimana di dalamnya kita diajak berkeliling Indonesia bahkan dunia hanya sekedar untuk mengenal manusia dan kebudayaannya. Selama kuliah, ia memiliki pekerjaan sambilan menjadi seorang pengajar, ia mengajar matematika dan organ. Lalu, penghasilannya mengajar ia tabung karena ia memiliki cita-cita ingin naik gunung dan bertemu dengan alam setiap bulannya. Dan ia sangat mencintai alam Indonesia. Banyak orang memiliki kegemaran untuk naik gunung, bertemu alam tapi Butet agak sedikit berbeda, caranya menikmati keindahan alam adalah dengan mengabdi di sebuah pedalaman di pulau Sumatera.
Di dalam UUD 1945 pada pasal 31 pada ayat 1 dijelaskan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, dan pada ayat 2 dijelaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dalam UU. Apabila kita menilik pada kedua ayat tersebut jelas sudah bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapat pengajaran! Namun menilik wilayah geografis Indonesia seringkali sistem pengajaran ini tidak bisa merata, masa iya? Sesuai dengan SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) telah dijelaskan mengenai jenis pendidikan, subjek belajar dan lain sebagainya. Pemerintah yang membuat dan ikut andil dalam proses pembelajaran yang ada di negara ini. Namun kenyataannya, pemerintah belum mampu melakukan pendeketan terhadap suku-suku pedalaman yang masih buta aksara, buta akan perkembangan dunia. Ironis sekali, hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan pendidikan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Medan.
Bukan ingin menyalahkan pemerintah tetapi bersyukurlah kita para warga negara Indonesia yang memiliki seorang Butet Manurung. Di usianya yang masih muda Butet memilih untuk mengabdi pada negara yaitu melalui caranya memberikan pengajaran pada ORANG RIMBA di Jambi. Awalnya ia menemui banyak kesulitan dalam mengajar karena orang-orang suku ini benar-benar tidak memiliki kemampuan membaca apalagi menulis. Dengan sabar ia tinggal dan menetap di Taman Nasional Bukit Dua Belas. Kesulitan demi kesulitan mampu dihadapi oleh Butet dengan kesabarannya. Sampai pada akhirnya ia menemukan sebuah metode pembelajaran yang efektif yang dapat diterapkan pada orang rimba. Dalam beberapa bulan ia mampu menciptakan sistem belajar yang dinamakan SOKOLA RIMBA. Dalam Sokola Rimba, orang-orang rimba diajarkan menulis, membaca, berhitung. Sistem pembelajarannya menggunakan metode mengajar berbasis antropologi, dengan cara memasukkan unsur kehidupan sehari-hari orang rimba. Dengan demikian sistem sokola rimba mampu memberikan hasil yang positif bagi perkembangan dunia pendidikan pada orang Rimba.
Cerita lucu dibalik proses mengajarnya :
Dalam sebuah artikel, Butet menceritakan betapa uniknya mengajar di pedalaman orang rimba. Ia harus naik ke atas pohon demi mengajarkan membaca dan menulis pada anak-anak suku Rimba. Oke, Butet berada di atas pohon sedangkan anak-anak rimba itu malah berada di bawah dan sedang menombak-nombak Beruang hutan. Kurang sabar apa ya sosok Butet yang tak jemu mengajarkan anak-anak itu?
Karena sistem sokola rimba dinilai berhasil, maka sistem ini kemudian diterapkan pada beberapa suku pedalaman lainnya misalnya di daerah Halmahera dan Flores. Dengan ini pemerintah mulai melirik keberhasilan sistem pendidikan ini dan berencana untuk menerapkan sistem pendidikan ini bagi beberapa daerah khusus di pedalaman tanah air Indonesia....
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Teman-teman,,
mungkin awalnya kalian belum mengenal siapa itu Butet Manurung, tetapi sekarang sebagian dari teman-teman sudah mengenalnya. Betapa hebatnya seorang manusia modern yang hidup di kota besar dengan ikhlas meninggalkan kotanya demi mengabdi pada dunia pendidikan di sebuah pedalaman. Tidak dibayar, tidak mendapat apa-apa tapi dia rela melakukannya. Mungkin di luar sana juga masih banyak Butet-butet lainnya yang berjuang untuk dunia pendidikan kita. Sebagai generasi muda, alangkah baiknya kalau kita mensyukuri dengan adanya fasilitas yang memudahkan kita selama menjalani pendidikan. See?
Kartini tidak pernah mati, semangatnya selalu ada di jiwa-jiwa perempuan Indonesia.
Indonesia terlalu kaya memiliki banyak tokoh pendidikan yang menggoreskan tinta sejarah, dan tanah air ini sungguh beruntung memiliki generasi penerus bangsa yang peduli pada dunia pendidikan Indonesia.
Jadi teringat lirik lagunya Pandji Praqiwaksono :
Nggak semua hidup berkecukupan dengan sandang dan papan
Kita bisa berteriak sebangsa serempak, kita maju "Pendidikan adalah hakku!"
Kita minta pendidikan gratis, tapi kalau lagu dibajak mengapa nangis?
Musik adalah pendidikan, pembebasan dari pembelengguan, kebodohan, keminderan, jangan heran, kalau orang banyak yang berharap bisa mengecap musik dengan gratisan.
Bagai pendidikan.
Ingat teman, guru guru ini disejarah akan terekam:
John Lennon, Bob Dylan, Bob Marley, Bang Iwan, dan Marvin, dan Bono, dan Tupac!
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
So, SELAMAT HARI KARTINI 21 APRIL 2010 & SELAMAT HARI PENDIDIKAN 2 MEI 2010 :)
semoga note ini bermanfaat bagi kita semua yaaaa...
ditunggu cerita dari temen2 smua, aku suka baca tulisan-tulisan MAHA karya anak muda kebanggaan Indonesia ^_^
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar